Zombie Hand Set

Rabu, 23 April 2014

ASKEP OSTEOSARKOMA



BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price, 1962:1213 ).
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25 tahun ( pada usia pertumbuhan ). ( Smeltzer. 2001: 2347 ). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak di temukan pada anak laki-laki. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui.
B. RUMUSAN MASALAH
  1. Apakah yang dimaksud dengan Osteosarcoma ?
  2. Bagaimanakah defenisi, manifestasi klinis, etiologi, patofisiologi, komplikasi dan penatalaksanaan dari Osteosarcoma itu ?
  3. Bagaimanakah bagan penyimpangan KDM dari Osteosarcoma ?
  4. Bagaimanakah diagnosa keperawatan yang dapat dilakukan pada kasus Osteosarcoma ?
BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Sarkoma adalah tumor yang berasal dari jaringan penyambung (Danielle. 1999: 244 ). Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.( Wong. 2003: 595 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang. ( Wong. 2003: 616 ).
Sarkoma osteogenik ( Osteosarkoma ) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. ( Price. 1998: 1213 ).
Osteosarkoma ( sarkoma osteogenik ) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.( Smeltzer. 2001: 2347 ).

B. MANIFESTASI KLINIK
1.      Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena
2.      Fraktur patologik
3.      Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
4.      Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
5.      Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise.
C. ETIOLOGI
1.      Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
2.      Keturunan
3.      Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget ( akibat pajanan radiasi)
D. PATOFISIOLOGI
Adanya tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik (destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang).
Beberapa tumor tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah, sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
E. KOMPLIKASI
1.      Akibat langsung          : Patah tulang
2.      Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh.
3.      Akibat pengobatan   : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi.
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
Penatalaksanaan terbaik pada sarkoma osteogenik adalah amputasi tulang di atas tumor atau persendian di atas tumor dan dilakukan disartikulasi. Penatalaksanaan tambahan yang dapat diberikan berupa kemoterapi dan / atau radioterapi. Prognosis tumor ini sangat buruk, 90% klien meninggal sebelum tiga tahun dengan penatalaksanaan apapun yang dilakukan. Biasanya terjadi metastasis melalui sirkulasi darah.
Obat yang digunakan utnuk kemoterapi termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan faktor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.






























BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis, meliputi :
§  Identitas. meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, diagnosa medis, dll.
§  Keluhan Utama. Pada umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan adalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah. Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor ganas. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan PQRST.
§  Riwayat Penyakit Sekarang. Pengumpulan data dilakukan sejak keluhan muncul dan secara umum mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Kadang-kadang klien mengeluhkan adanya suatu pembengkakan atau benjolan. Pembengkakakn atau benjolan ini dapat timbul secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama dan dapat juga secara tiba-tiba.
§  Riwayat penyakit dahulu. Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya tumor dan keganasan. Adanya riwayat fraktur terbuka yang meninggalkan bekas sikatriks dapat mendukung terjadinya suatu lesi pada jaringan lunak. Faktor kebiasaan kurang baik seperti merokok akan mendukung terjadinya keganasanpada sistem pernapasan yang dapat bermetastasis ke sistem muskuloskeletal. Berapa lama klien pernah terpapar radiasi dan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya proliferasi sel-sel baru dan peningkatan pertumbuhan osteoklas akan memungkinkan tumbuhnya suatu tumor dan keganasan pada sistem muskuloskeletal.
§  Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang adakah keluarga dari generasi terdahulu yang mengalami keluhan yang sama dengan klien.
§  Riwayat psikososial. Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon tau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

2. Pemeriksaan fisik
  • Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
  • Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas
  • Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit
    • mungkin hebat atau dangkal
    • sering hilang dengan posisi flexi
    • anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek berat
  • Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional
·         AKTIFITAS / ISTIRAHAT :
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan.
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya, nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan.
·         SIRKULASI :
Gejala        : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
·         INTEGRITAS EGO :
Gejala : Faktor stres ( keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres ( mis: Merokok, menunda mencari pengobatan, keyakinan religius). Masalah tentang perubahan dalam penampila mis: pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
·         ELIMINASI :
Gejala : Perubahan pada pola devekasi mis: darah pada feses, nyeri pada devekasi.
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
·         MAKANAN / CAIRAN :
Gejala : Kebiasaan diet buruk ( mis: rendah serat, tinggi lemak adiktif).  Anoreksia, mual/muntah.  Perubahan pada berat badan, berkurangnya massa otot
Tanda : perubahan pada turgor kulit/kelembaban; edema.
·         NEUROSENSORI :
Gejala : pusing, sinkope.
·         NYERI ATAU KENYAMANAN :
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat.
·         PERNAFASAN :
Gejala : Merokok ( tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang    merokok). Pemajanan abses.
·         INTERAKSI SOSIAL :
Gejala : Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung. Riwayat perkawinan ( berkenan dengan kepuasan dirumah, dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungs/ tanggung jawab peran.
·         PENYULUHAN ATAU PEMBELAJARAN :
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi dengan kanker. Sisi primer: Penyakit primer, tangga ditemukan/ didiagnosis.
Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).
2.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, nyeri dan amputasi.
3.      Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.
4.      Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
5.      Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan (amputasi).
·         Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut teratasi seluruhnya.
·         Kriteria Hasil :
Ø  Klien mengatakan nyeri hilang dan terkontrol.
Ø  Klien tampak rileks, tidak meringis, dan mampu istiraht / tidur dengan cepat.
Ø  Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya.
Ø  Skala nyeri 0-2.
Intervensi :
1.      Kaji skala nyeri dengan pendekatan PQRST
R / : Untuk mengetahui skala nyeri klien dan untuk mempermudah menentukan intervensi selanjutnya.
2.      Observasi tanda – tanda vital
R / : Mengetahui keadaan umum klien
3.      Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
R / : Teknik relaksasi dan distraksi yang diajarkan kepada klien, dapat membantu dalam mengurangi persepsi klien terhadap nyeri yang dideritanya
4.      Berikan sokongan pada ekstremitas yang luka
R / : Menurunkan edema dan mengurangi nyeri
5.      Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat analgetik
R / : Dapat mengurangi dan menghilangkan nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal, nyeri dan amputasi.
·         Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah hambatan mobillitas fisik teratasi seluruhnya.
·         Kriteria Hasil :
Ø Pasien menyatakan pemahaman situasi individual, program pengobatan, dan tindakan keamanan.
Ø Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas.
Ø Pasien menunjukan teknik / perilaku yang memampukan tindakan beraktivitas.
Ø Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal.
Intervensi :
1.       Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang immobilisasi tersebut.
R / : Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional).
2.      Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
R /: Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan membantu dalam mengurangi isolasi sosial.
3.      Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak.
R /: Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reabsorbsi Ca yang tidak digunakan.
4.      Bantu pasien dalam perawatan diri.
R /:Meningkatkan kekuatan dan sirkulasi otot, meningkatkan pasien dalam mengontrol situasi, meningkatkan kemauan pasien untuk sembuh.
5.       Berikan diet TKTP, vitamin, dan mineral.
R / : Mempercepat proses penyembuhan, mencegah penurunan BB, karena pada immobilisasi biasanya terjadi penurunan BB.
6.      Kolaborasi dengan bagian fisioterapi.
R / : Untuk menentukan program latihan.
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan atau jaringan berhubungan dengan penekanan pada daerah tertentu dalam waktu yang lama.
·         Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam risiko kerusakan integritas kulit / jaringan taratasi seluruhnya.
·         Kriteria Hasil : Klien Menunjukkan prilaku / tehnik untuk mencegah kerusakan kulit tidak berlanjut.
Intervensi :
1.      Kaji adanya perubahan warna kulit.
R / : Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit.
2.      Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit lebih lanjut.
3.      Ubah posisi dengan sesering mungkin.
R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan  resiko kerusakan kulit.
4.      Beri posisi yang nyaman kepada pasien.
R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan  cedera kulit / kerusakan kulit.
5.      Kolaborasi dengan tim kesehatan dan pemberian antibiotic.
R / : Untuk mengurangi terjadinya kerusakan integritas kulit.
4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka kerusakan jaringan lunak.
·         Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko infeksi tidak terjadi.
·         Kriteria Hasil :
Ø  Tidak ada tanda-tanda Infeksi.
Ø  Leukosit dalam batas normal.
Ø  Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
1.      Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor, dolor, fungtiolaesa.
R / : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi.
2.       Anjurkan pasien untuk tidak memegang bagian yang luka.
R / : Meminimalkan terjadinya kontaminasi.
3.      Rawat  luka dengan menggunakan tehnik aseptik
R / : Mencegah kontaminasi dan kemungkinan infeksi silang.
4.      Mewaspadai adanya keluhan nyeri mendadak, keterbatasan gerak, edema  lokal, eritema pada daerah luka.
R / : Merupakan indikasi adanya osteomilitis.
5.      Kolaborasi pemeriksaan darah : Leukosit
R / : Leukosit yang meningkat artinya sudah terjadi proses infeksi.
5. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
·         Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
·         Kriteria Hasil :
Ø  penambahan berat badan
Ø  bebas tanda malnutrisi
Ø  nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 – 5,5 g% )


Intervensi :
1.      Catat asupan makanan setiap hari
R / : mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi
2.      Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari
R / : mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan kurang dari normal
3.      Berikan diet TKTP dan asupan cairan kuat
R / : memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa
4.      Pantau hasil pemeriksaan laboraturium sesuai indikasi
R / : membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi
D. EVALUASi
1.      Nyeri berkurang atau hilang
2.      Tidak terjadi hambatan mobilitas fisik
3.      Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
4.      Tidak menujukkan tanda – tanda infeksi
5.      Tidak terjadi malnutrisi














BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sarkoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Kasus sarkoma osteogenik paling banyak menyerang anak remaja dan mereka yang baru menginjak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang penderita penyakit Paget yang berusia lebih dari 50 tahun.
Penyebab utama masih misteri, tetapi faktor genetik, virus onkologi, dan terpapar radiasi disinyalir sebagai asal muasal timbul sarkoma osteogenik ini. Nyeri yang menyertai destruksi tulang dan erosi adalah gejala umum dari penyakit ini.
Beberapa jenis tumor primer seperti sarkoma osteogenik dapat dirawat paling baik dengan jalan amputasi atau melakukan pembedahan ablative secara menyeluruh. Meskipun kemoterapi dan imunoterapi agaknya juga mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan, tetapi sering kali perlu dilakukan pembedahan untuk membuang tumor dan semua jaringan di sekitarnya. Selain itu, juga dikembangkan terapi x-ray sinar tingkat tinggi.
B. SARAN
Setelah penulis menjabarkan mengenai kasus osteosarkoma, diharapkan memberi suatu pencerahan dan tambahan ilmu pengetahuan mengenai kasus ini. Namun, dalam uraiannya, penulis sadar bahwa masih banyak hal yang dirasa kurang dan oleh karenanya penulis mengharapkan suatu masukan dan saran untuk kebaikan mendatang dalam segala bidang, terutama kasus osteosarkoma ini.






DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
wordpress.com/2010/02/27/asuhan-keperawatan-
osteosarkoma/http://alam414m.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-askep-osteosarcoma.html
















KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba membahas tentang “Askep Klien dengan Osteosarkoma”. Dalam karya tulis ini, kami juga menyediakan pembahasan tentang tinjauan teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan osteosarkoma.
Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya masih terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah ini menjadi sempurna.


                                                                                                        Palopo, Desember 2013

                  Penyusun







DAFTAR ISI
Sampul ..................................................................................................................... i
Kata Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A.    Latar Belakang......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................... 1
BAB II KONSEP MEDIS
A.    Defenisi ................................................................................................... 2
B.     Manifestasi Klinik.................................................................................... 2
C.     Etiologi .................................................................................................... 2
D.    Patofisiologi ............................................................................................. 3
E.     Komplikasi ............................................................................................... 3
F.      Penatalaksanaan ....................................................................................... 3
BAB III KONSEP KEPERAWATAN.................................................................. 5
A.    Pengkajian................................................................................................ 5
B.     Diagnosa .................................................................................................. 7
C.     Intervensi Keperawatan............................................................................ 7
D.    Evaluasi.................................................................................................. 11
E.     Penyimpangan KDM........................................................................ ..... 12
BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 13
A.    Kesimpulan ............................................................................................ 13
B.     Saran ................................................................................................ ..... 13
Daftar Pustaka....................................................................................................... 14

( OSTEOSARKOMA )

OLEH : KELOMPOK II
1.     Dwi prapta sari
2.     Ellen yunita dea
3.     Elni rana
4.     Elvy Hadaming
5.     Fera astarica
6.     Fitrah mulia rahmat
7.     Fitri binti ahmad
8.     Haidir ali



STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
T.A 2011 / 2012


E. PENYIMPANGAN KDM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar