KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas segala limpahan Rahmat, dan Karunia-NYA sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas II yang telah
memberikan bimbingan berkaitan dengan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Kritikal pada
Lansia”ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II
juga dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam pendidikan maupun profesi keperawatan.
Pada penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan,
baik mengenai isi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kepada
para pembaca untuk dapat memberikan masukan-masukan baik kritik maupun saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah yang sempurna pada tugas yang akan datang.
Palopo, Februari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
............................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A.
Latar Belakang........................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C.
Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II KONSEP MEDIS......................................................................................... 3
A.
Pengertian Kondisi
Kritis/kritikal ............................................................. 3
B.
Masalah Kondisi Kritis
Pada Lansia.......................................................... 3
C.
Penyebab Kondisi Kritis
Pada Lansia....................................................... 5
BAB III KONSEP KEPERAWATAN.................................................................... 12
A.
Pengkajian.................................................................................................. 12
B.
Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 13
C.
Intervensi................................................................................................... 13
D.
Evaluasi .................................................................................................... 17
E.
Penyimpangan KDM ................................................................................ 18
BAB IVPENUTUP .................................................................................................... 19
A.
Kesimpulan................................................................................................ 19
B.
Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses
menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan
adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling
berinteraksi satu sama lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara
linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment),keterbatasanfungsional
(functional limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan
(handicap) yang akan dialami bersamaan dengan proses kemunduran (Bondan, 2009).
Hal
yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia
adalah pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan
adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data
tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan
data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnose keperawatan.
Secara
umum, sakit dipandang sebagai suatui kondisi yang dialami individu yang gagal
mencapai kesehatan optimum.Sakit akut adalah satu kondisi sakit pada individu
yang berhasil ditangani oleh intervensi atau membaik seiring dengan waktu.
Sakit kronis adalah satu kondisi tidak adanya resolusi proses penyakit.
Implikasinya adalah individu akan menderita sakit ini sampai ia meninggal;
tidak ada pengobatan. Karena individu seringkali dapat hidup panjang dan produktif
dengan penyakit kronisnya, haruskah mereka disebut “sakit”?mungkin sebutan yang
paling tepat adalah kondisi kesehatan kronis. Banyak individu diberbagai
komunitas hidup dengan kondisi kesehatan kronis.
Pendekatan
holistik terhadap asuhan keperawatan menolak adanya penggolongan
individual.Pendekatan holistik menekankan pada keterkaitan individual.Apabila
ditinjau secara harfiah, pendekatan ini dapat digunakan untuk menggambarkan
individu dengan kondisi kesehatan kronis.Kesehatan individu seharusnya tidak
digolongkan, seperti diabetik, penderita kanker, skizofrenik, atau individu
yang teriunfeksi HIV.Bagaimanapun, perawat dipaksa oleh pendekatan sistem
pelayanan kesehatan untuk cenderung melabel dan mengategorikan kesehatan
individu.Dengan demikian, dalam pembahasan ini, suatu upaya dilakukan untuk
menggambarkan populasi ini dalam konteks yang sangat luas.
B.
Rumusan Masalah
Secara garis besar,
masalah yang kami rumuskan adalah
sebagai berikut.
1.
Apa yang dimaksud dengan kondisi kritis/kritikal?
2.
Apa saja masalah kondisi kritis pada lansia?
3.
Apa saja penyebab kondisi kritis pada lansia?
4.
Bagaimana asuhan keperawatan kritikal pada lansia?
C.
Tujuan
1.
Tujuan umum
Tujuan
umum dari penulisan makalah ini adalah untuk :
a.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan kondisi kritis/kritikal
b.
Mengetahui apa saja masalah kondisi kritis pada lansia
c.
Mengetahui apa saja penyebab kondisi kritis pada lansia
d.
Mengetahui apa saja asuhan keperawatan kritikal pada lansia
2.
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Keperawatan Komunitas 2
BAB II
KONSEP
MEDIS
A.
Pengertian
Kondisi Kritis/Kritikal
Kritis : suatu kondisi dimana pasien
dalam keadaan gawat tetapi masih ada kemungkinan untuk mempertahankan
kehidupan.Kondisi
kritis Progresif: Kondisi kesehatan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih
parah seiring perjalanan waktu. Periodenya mungkin meliputi seluruh rentang
kehidupan atau dalam waktu yang lama.Selama kondisi kesehatan kronis, mungkin
terdapat periode diam yang diikuti oleh periode ekserbarsi/bertambah parahnya
penyakit atau memburuk secara perlahan.Contoh kondisi kesehatan kronis
progresif adalah beberapa jenis kanker yang tumbuh perlahan pada penderitanya
dan tidak dapat disembuhkan serta menyebabkan kematian yang tidak
terelakkan.Penyakit paru obstruktif menahun/kronis ditandai dengan penurunan
kapasitas paru yang progresif secara perlahan.Periode gagal jantung kronis
meliputi periode diam dan kontrol terhadap pola serangan akut gagal
jantung.Diabetes melitus, terutama tipe DM bergantung-insulin, menjadi
progresif sehingga lebih sulit ditanggulangi.
Ireversibel:
kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan kronis dapat
menyebabkan kematian.Muncul kerusakan yang tidak dapat dikoreksi.Contohnya
adalah kanker pankreas, yang menghancurkan kemampuan klien untuk memproduksi
enzim digesti, yang menyebabkan defisit nutrisi. Terdapat beberapa tipe
penyakit ginjal yang pada akhirnya menyebabkan penyakit gagal ginjal total dan
dan dapat merusak sistem utama lainnya seperti sistem saraf pusat dan sistem
kardiovaskular. Penyakit Paru Obstruktif Kronis dapat menyebabkan penurunan
fungsi paru, yang tidak dapat kembali normal/ireversibel.Skizofrenia dan
penyakit hipolar tidak dapat disembuhkan, tetapi keduanya dapat dikontrol;
bagaimanapun, individu yang pernah menderita penyakit ini dalam waktu yang lama
dapat mengalami gangguan penilaian, keterampilan sosial, dan aktivitas hidup
sehari-hari.
Kompleks:
kondisi kronis yang dapat memengaruhi berbagai sistem. Pengaruh dari kondisi
kesehatan kronis dapat menjangkau area yang lebih luas dibandingkan pada saat
permulaan proses. Contohnya Penderita asma tidak hanya mengalami manifestasi
fisik, tetapi mereka sering kali membatasi aktivitas dalam cara-cara tertentu
yang dapat menyebabkan isolasi, sehingga dapat memengaruhi kesehatan mental dan
rekreasional mereka.Depresi adalah sekuel yang sering ditimbulkan oleh kondisi
kesehatan kronis (Davidson & Meltzer-Brody, 1999).Terapi terhadap kondisi
kronis mungkin menimbulkan efek samping, seperti nyeri dan defisit nutrisi yang
menjadi bagian dari kondisinya.Diabetes melitus dapat menyebabkan neuropati;
retinopati menyebabkan kebutaan; masalah sirkulasi menyebabkan amputasi,
umumnya terjadi pada kaki dan tungkai.Hipertensi dapat menyebabkan penyakit
jantung, stroke, dan gagal ginjal.
B.
Masalah
Kondisi Kritis Pada Lansia
Masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia :
1. Mudah
jatuh
a. Jatuh
merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat
kejadian, yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai
atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Ruben, 1996).
b. Jatuh
dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor intrinsik: gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekuatan sendi dan
sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik: lantai yang licin dan tidak rata,
tersandung oleh benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya yang kurang
terang dan sebagainya.
2. Mudah
lelah, disebabkan oleh :
a. Faktor
psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi
b. Gangguan
organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll
c. Pengaruh
obat: sedasi, hipnotik
C.
Penyebab
Kondisi Kritis pada Lansia
Beberapa
penyebab kondisi kritis pada lansia :
1. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai factor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehinga menimbulkan cedera (fisik,
mental, sosial)
2. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat
kecelakaan.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
a.
Tempat kejadian
·
kecelakaan lalu lintas
·
kecelakaan di lingkungan rumah tangga
·
kecelakaan di lingkungan pekerjaan
·
kecelakaan di sekolah
·
kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat
rekreasi, perbelanjaan, di arena olah raga dan lain-lain.
b.
Mekanisme kejadian
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda
asing.tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau
radiasi.
c.
Waktu kejadian
·
Waktu perjalanan (traveling/trasport time)
·
Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain- lain
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Kaji tingkat kesadaran
pasien.
2.
Kaji tanda-tanda
perubahan fisik pasien : tonus otot, penurunan sirkulasi ,perubahan Tanda-tanda
vital ( TTV), gangguan sensoris dan perubahan tingkat kesadaran.
3.
Kaji kondisi nutrisi
pasien : penampilan umum, berat badan, kekuatan dan ketebalan otot, nilai Hb
dan kondisi konjungtiva.
4.
Kaji status cairan
pasien : volume output cairan ( urine, muntah, diare, keringat ), kondisi
membrane mukosa dan turgor kulit.
5.
Kaji rasa aman dan
nyaman pasien : rasa nyeri, personal hygiene
6.
kaji perubahan
psikologis pasien: menurunnya proses intelektual, seperti menurunnya kemampuan
untuk mengingat informasi, tidak dapat berfikir jernih, dan sulit mengambil
keputusan; meningkatnya sensitivitas ( mudah tersinggung, mudah marah, mudah
sedih), menurunnya kemampuan untuk melaksanakan aktivitas dan tugas dalam
mengadaptasi masalah.
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Ketidakseimbangan nutrisi :nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi.
2.
Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan
keterbatasan neuromuskular.
3.
Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular.
4.
Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi
sel atau jaringan menurun.
C.
Intervensi
1.
Ketidakseimbangan nutrisi :nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi.
Tujuan :Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam,diharapkan asupan nutrisi pasien tidak bermasalah,
asupan makanan dan cairan tidak bermasalah berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan, dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
·
Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai. Rasional
: mengidentifikasi nutrisi yang diberikan dan juga untuk intervensi
selanjutnya.
·
Observasi dan catat masukan makanan klien. Rasional :
mengawasi masukan kalori.
·
Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien.
Rasional : agar pasien mengetahui bagaimana konsep nutrisi yang baik.
·
Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan
makanan dan kenaikan atau pemeliharaan berat badan. Rasional : agar nutrisi
pasien dapat terpenuhi.
· Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional : meningkatkan pemasukan kalori secara total.
·
Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori
setiap hari. Rasional :supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan
sesuai target.
· Berikan pujian atas peningkatan
berat badan dan tingkah laku yang mendukung peningkatan berat badan.Rasional :
agar pasien senang dan bersemangat untuk berusaha meningkatkan berat badannya.
2.
Inkontinensia urin fungsional b.d keterbatasanneuromuskular.
Tujuan :Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3×24 jam diharapkan pasien mampu ;
ü Kontinensia Urin.
ü Merespon dengan cepat keinginan
buang air kecil (BAK).
ü Mampu mencapai toilet dan
mengeluarkan urin secara tepat waktu.
ü Mampu memprediksi pengeluaran urin.
Intervensi :
·
Monitor eliminasi urin.Rasional : untuk mengetahui jumlah
urin yang keluar.
·
Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.Rasional :
dengan membantu klien, diharapkan klien akan mampu memprediksi pengeluaran
urinnya.
·
Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke
toilet.Rasional : membantu klien untuk mencapai toilet dan mengeluarkan urin
tepat waktu.
·
Instruksikan pasien untuk mengonsumsi air minum sebanyak
1500 cc/hari.Rasional : minum air yang cukup dapat mengganti cairan yang
hilang.
3.
Kelemahan mobilitas fisik b.d kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular.
Tujuan ;Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat :
ü Memposisikan penampilan tubuh.
ü Ambulasi : berjalan.
ü Menggerakan otot.
ü Mengkolaborasikan gerakan.
Intervensi ;
·
Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas
yang aman.Rasional : diharapkan otot klien tidak kaku karena kurang bergerak.
·
Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk
berdiri (mudah goyah/tidak kokoh).Rasional : meskipun dengan menggunakan alat
bantu, klien masih bisa menggerakkan otot-ototnya agar tidak kaku.
·
Konsultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana
gerakan yang sesuai dengan kebutuhan.Rasional : membantu dalam ambulasi dan
memposisikan penampilan tubuhnya.
4.
Risiko kerusakan integritas kulit b.d kemampuan regenerasi
sel atau jaringan menurun.
Tujuan :Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi kerusakan integritas
kulit.
Intervensi ;
·
Monitor area kulit yang terlihat kemerahan dan adanya
kerusakan.
·
Monitor kulit yang sering mendapat tekanan dan gesekan.
·
Monitor warna kulit.
·
Periksa pakaian, jika pakaian terlihat terlalu ketat
D.
Evaluasi
1.
Asupan nutrisi pasien tidak bermasalah, asupan makanan dan
cairan tidak bermasalah dan berat badan ideal.
2.
Pasien mampukontinensia urin, merespon dengan cepat
keinginan buang air kecil (bak), mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin
secara tepat waktu, mampu memprediksi pengeluaran urin.
3.
Pasien dapat memposisikan penampilan tubuh, ambulasi :
berjalan, menggerakan otot dan mengkolaborasikan gerakan.
4.
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kondisi kritis Progresif: Kondisi
kesehatan menjadi lebih buruk atau menjadi lebih parah seiring perjalanan
waktu. Periodenya mungkin meliputi seluruh rentang kehidupan atau dalam waktu
yang lama.
Ireversibel: kondisi yang tidak
dapat disembuhkan. Kondisi kesehatan kronis dapat menyebabkan kematian. Muncul
kerusakan yang tidak dapat dikoreksi.
Kompleks: kondisi kronis dapat
memengaruhi berbagai sistem. Pengaruh dari kondisi kesehatan kronis dapat menjangkau
area yang lebih luas dibandingkan pada saat permulaan proses.
Masalah fisik
sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia yaitu Mudah
lelah dan mudah jatuh.
B.
Saran
Kelompok
lanjut usia memiliki masalah kesehatan, baik dari segi fisik maupun dari segi
mental. Kerja Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan diharapakan bisa
berlangsung secara komprehansif dan holictik untuk proses penatalaksanaan klien
dengan lanjutusia.
Sehingga lansia dapat menjalani proses menua dengan kualitas hidup seoptimal
mungkin.
DAFTAR
PUSTAKA
Lucky Club | Casino Site, Odds, Games, Contact
BalasHapusLucky Club, also known as Lucky Club, is an official and licensed sports betting site. It is operated by the Las Vegas-based Parx luckyclub Group