BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Haid atau yang sering disebut dengan menstruasi
merupakan pelepasan lapisan dalam (endometrium) yang disertai pendarahan,
terjadi berulang setiap bulan secara periodik, kecuali pada saat hamil.
Sedangkan siklus haid adalah waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya
haid periode berikutnya. Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya, bukan saja antara beberapa perempuan, tetapi juga pada
perempuan yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar siklus
haidnya tidak terlalu sama.
Sebelum datangnya haid, setiap perempuan umumnya mengalami sindrom bulanan atau yang lebih dikenal dengan sindrom pra-haid. Sindrom ini sangat mengganggu aktifitas perempuan, terutama mereka yang aktif bekerja diluar rumah.
Sebelum datangnya haid, setiap perempuan umumnya mengalami sindrom bulanan atau yang lebih dikenal dengan sindrom pra-haid. Sindrom ini sangat mengganggu aktifitas perempuan, terutama mereka yang aktif bekerja diluar rumah.
Selain itu, gangguan haid juga sering terjadi seperti:
dismenorea, hipermenorea, hipomenorea, amenorea, dan masih banyak gangguan haid
lainnya yang sering dialami oleh para perempuan. Karena kurangnya pengetahuan
serta informasi yang dimiliki oleh sebagian besar perempuan tentang siklus
haid, sindrom pra-haid, serta gangguan haid dalam masa reproduksi, maka penulis
tertarik untuk membahas tentang masalah yang sering dialami oleh setiap
perempuan ini. Namun, dalam makalah ini kami mengkhususkan untuk membahas
tentang gangguan haid mengenai hipermenorea atau menoragia.
B. TUJUAN
BAB
II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Menoragia merupakan
perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih
dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Umumnya
jumlah darah menstruasi yang normal adalah sekitar 30 cc per hari, dan lama
haid 4-6 hari. Jika darah menstruasi seseorang mencapai 80cc, itu sudah
abnormal. Dalam istilah kedokteran disebut hipermenorea (menoragia) atau
menstruasi berlebihan.
2.
Etiologi
Adanya kelainan organik, seperti:
a)
infeksi saluran reporduksi
Disfungsi
organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal hepar atau gagal
ginjal. Penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan
faktor pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.
b)
Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan
kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, kegemukan, dll
c)
Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri,
polip endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding rahim dan lain
sebagainya.
d)
Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon
steroid, obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan obat-obatan
antikoagulan.
3.
Patofisiologi
Pada siklus
ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH),
yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH).
Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada
pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan
ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi
menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH
dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi
korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14
hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari
peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan
progesteron akibat involusi korpus luteum.
Pada siklus
anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH,
tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada
korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi.
Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk
produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus
anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan
poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
4.
Manifestasi Klinis
Gejala
menoragia antara lain :
Ø Perdarahan
fase menstruasi yang berlebihan.
Ø Perdarahan
diantara dua siklus haid.
Ø Nyeri
mengejang pada abdomen bagian bawah.
Ø Lesu
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
Ø Sakit kepala
Ø Kelemahan
Ø Kelelahan
Ø Kesemutan
pada kaki dan tangan
5. Terapi
Terapi spesifik untuk menorhagia
diberikan berdasarkan :
Ø Umur dan
riwayat kesehatan
Ø Kondisi
sebelumnya
Ø Toleransi
pada terapi pengobatan spesifik
Terapi untuk menorrhagia, yaitu :
1.
Suplemen zat besi (jika kondisi menorhagia
disertai anemia, kelainan darah yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah
atau hemoglobin).
2.
Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID),
seperti aspirin atau ibuprofen.
3.
Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
4.
Progesteron (terapi hormon)
5.
Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a. Riwayat
penggunaan kontrasepsi: kontrasepsi dapat menganggu siklus menstruasi
b. Riwayat
seksual: tanda pubertas sekunder, pola dan aktivitas seksual
c. Riwayat
obstetric: pernah hamil, melahirkan
d. Riwayat
menstruasi: menarche umur berapa tahun, silklusnya teratur atau
tidak, banyak atau sedikit.
e. Riwayat
Penyakit seperti DM, tiroid, tumor
g. Gaya
hidup: aktivitas yang berlebihan menyebabkan hipermenorea.
Koping : apa
yang dilakukan bila setiap kali ada masalah waktu menstruasi.
Nyeri :
lokasi( di punggung, simpisis, paha, abdomen,dll), intensitas, kualitas,
pola,gejala penyerta, serta koping terhadap nyeri.
Status
emosi: malu dengan keadaan, putus asa, menyalahkan diri, merasa tidak
adakekuatan, merasa tidak berguna.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan
kontraksi uterus selama fase menstruasi.
b.
Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
c.
Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya
gangguan menstruasi.
d.
Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan
terapinya berhubungan dengan kurang informasi.
3.
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan
kontraksi uterus selama fase menstruasi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama
3x 24 jam nyeri klien akan berkurang.
Kriteria hasil: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang
punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.
Intervensi :
1.
Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non
verbal, dan responhemodinamik) klien.
R/ : untuk mendapatkan indicator
nyeri.
2.
Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ : Nyeri merupakan pengalaman
subyektif klien dan metode skala merupakan metode yang mudah serta terpercaya
untuk menentukan intensitas nyeri.
3.
Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/ : Dengan mengetahui penyebab
nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
4.
Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi
R/ : Relaksasi nafas dalam membantu mengurangi
nyeri dan distraksi mengalihkan perhatian
5.
Lakukan kompres/mandi air panas.
R/ : meningkatkan sirkulasi dan
menurunkan kontraksi uterus sehingga iskemia tidak terjadi.
6.
Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen,
ponstan)
R/ : membantu mengurangi nyeri
2. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan
perdarahan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam, risiko kurangnya
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
• Turgor kulit baik baik.
• Mukosa bibir tidak kering.
• Kelopa mata tidak cekung.
• Klien tidak haus.
• Mukosa bibir tidak kering.
• Kelopa mata tidak cekung.
• Klien tidak haus.
Intervensi
:
1.
Kaji status hidrasi pada klien.
R/ : Mengetahui tingkat hidrasi pada klien
2.
Catat intake output cairan dan banyaknya perdarahan
R/ : Mengetahui masukan dan pengeluaran cairan
3.
Anjurkan klien untuk minum air putih secara adekuat
(2,5L/hari)
R/ : Menggantikan cairan yang hilang
4.
Jelaskan pada klien penyebabnya pendarahan dan rencana
tindakan keperawatan selanjutnya.
R / : Agar klien mengetahui tentang kondisinya dan
tindakan yang diberikan selanjutnya.
5.
Kolaborasi pemberian cairan parenteral( jika
diperlukan).
R / : menggantikan cairan yang hilang.
3. Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya
gangguan menstruasi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24
jam citra diri klien akan meningkat.
Kriteria hasil : klien mengatakan tidak malu, merasa
berguna, penampilan klien rapi, menerima apa yang sedang terjadi.
Intervensi:
1.
Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/ : Klien dengan mudah
mengungkapkan masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya.
2.
Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran,
dan pandangan tentangdirinya.
R/ : Meningkatkan kewaspadaan diri
klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.
3.
Diskusikan dengan system pendukung klien tentang
perlunya menyampaikan nilai dan arti klien bagi mereka.
R/ : Penyampaian arti dan nilai
klien dari system pendukung membuat klien merasaditerima.
4.
Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok.
R/ : Memungkinkan menerima stimulus
social dan intelektual yang dapat meningkatkankonsep diri klien.
5.
Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang
pilihan penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter
ahli kebidanan.
R/ : Jujur dan terbuka dapat
mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapatmembuat klien
mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.
4. Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan
terapinya berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: setelah diberikan penyuluhan klien akan
mengetahui tentang gangguan menstruasi
Kriteria hasil: klien menyebutkan jenis gangguan
menstruasi, penyebab, gejalanya, serta penanganannya, menjelaskan menstruasi
yang normal.
Intervensi :
1. Kaji tingkat
pengetahuan klien mengenai menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi, penyebab,
gejala dan penanganannya.
R/ : Mengidentifikasi
luasnya masalah klien dan perlunya intervensi.
2. Jelaskan
mengenai siklus menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi, penyebab,
gejala, dan penanganannya.
R/ : Dengan
memiliki pengetahuan tentang menstruasi klien dapat meningkatkan toleransi terhadap
nyeri dan dapat mencari jalan keluar untuk masalah gangguan menstruasinya.
3. Beri
kesempatan klien untuk bertanya.
R/ : Meningkatkan
pemahaman yang lebih dalam tentang menstruasi.
4. Berikan
penjelasan tentang penyakit yang dialami.
R / : Menambah pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakit yang dialami.
4.
Evaluasi
a. Nyeri
(akut/kronik) berkurang/hilang
b. Tidak
terjadi risiko kekurangan volume cairan
c. Citra
diri klien akan meningkat
d. Pengetahuan
klien akan meningkat
Artikel yang sang bagus dan membantu.
BalasHapusjika Ada keluhan seputar penyakit kelamin, segera kunjungi kami di WWW.KESEHATANKELAMIN.COM dan klik konsultasi, Terima Kasih.
Sangat membantu, terimakasih
BalasHapusmaaf boleh tau referensinya?
BalasHapus