Zombie Hand Set

Rabu, 23 April 2014

ASKEP MENORAGIA/HIPERMENOREA



BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Haid atau yang sering disebut dengan menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam (endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik, kecuali pada saat hamil. Sedangkan siklus haid adalah waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid periode berikutnya. Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, bukan saja antara beberapa perempuan, tetapi juga pada perempuan yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar siklus haidnya tidak terlalu sama.
Sebelum datangnya haid, setiap perempuan umumnya mengalami sindrom bulanan atau yang lebih dikenal dengan sindrom pra-haid. Sindrom ini sangat mengganggu aktifitas perempuan, terutama mereka yang aktif bekerja diluar rumah.
Selain itu, gangguan haid juga sering terjadi seperti: dismenorea, hipermenorea, hipomenorea, amenorea, dan masih banyak gangguan haid lainnya yang sering dialami oleh para perempuan. Karena kurangnya pengetahuan serta informasi yang dimiliki oleh sebagian besar perempuan tentang siklus haid, sindrom pra-haid, serta gangguan haid dalam masa reproduksi, maka penulis tertarik untuk membahas tentang masalah yang sering dialami oleh setiap perempuan ini. Namun, dalam makalah ini kami mengkhususkan untuk membahas tentang gangguan haid mengenai hipermenorea atau menoragia.

B. TUJUAN









BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1.      Defenisi
Menoragia merupakan perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi. Umumnya jumlah darah menstruasi yang normal adalah sekitar 30 cc per hari, dan lama haid 4-6 hari. Jika darah menstruasi seseorang mencapai 80cc, itu sudah abnormal. Dalam istilah kedokteran disebut hipermenorea (menoragia) atau menstruasi berlebihan.
2.      Etiologi
Adanya kelainan organik, seperti:
a)    infeksi saluran reporduksi
Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.
b)   Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, kegemukan, dll
c)    Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding rahim dan lain sebagainya.
d)   Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid, obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan obat-obatan antikoagulan.
3.      Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
4.      Manifestasi Klinis
Gejala menoragia antara lain :
Ø  Perdarahan fase menstruasi yang berlebihan.
Ø  Perdarahan diantara dua siklus haid.
Ø  Nyeri mengejang pada abdomen bagian bawah.
Ø  Lesu
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
Ø  Sakit kepala
Ø  Kelemahan
Ø  Kelelahan
Ø  Kesemutan pada kaki dan tangan 
5.      Terapi
Terapi spesifik untuk menorhagia diberikan berdasarkan :
Ø  Umur dan riwayat kesehatan
Ø  Kondisi sebelumnya
Ø  Toleransi pada terapi pengobatan spesifik
Terapi untuk menorrhagia, yaitu :
1.      Suplemen zat besi (jika  kondisi menorhagia disertai anemia, kelainan darah yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atau hemoglobin).
2.      Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.
3.      Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
4.      Progesteron (terapi hormon)
5.      Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)
B. KONSEP KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a. Riwayat penggunaan kontrasepsi: kontrasepsi dapat menganggu siklus menstruasi 
b. Riwayat seksual: tanda pubertas sekunder, pola dan aktivitas seksual
c. Riwayat obstetric: pernah hamil, melahirkan
d. Riwayat menstruasi: menarche umur berapa tahun, silklusnya teratur atau tidak, banyak atau sedikit.
e. Riwayat Penyakit seperti DM, tiroid, tumor 
g. Gaya hidup: aktivitas yang berlebihan menyebabkan hipermenorea.
Koping : apa yang dilakukan bila setiap kali ada masalah waktu menstruasi.
Nyeri : lokasi( di punggung, simpisis, paha, abdomen,dll), intensitas, kualitas, pola,gejala penyerta, serta koping terhadap nyeri.
Status emosi: malu dengan keadaan, putus asa, menyalahkan diri, merasa tidak adakekuatan, merasa tidak berguna.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.
b.      Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan perdarahan
c.       Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi.
d.      Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan dengan kurang informasi.

3.      Intervensi Keperawatan
1.      Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peningkatan kontraksi uterus selama fase menstruasi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam nyeri klien akan berkurang.
Kriteria hasil: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.
Intervensi :
1.      Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan responhemodinamik) klien.
R/ : untuk mendapatkan indicator nyeri. 
2.      Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ : Nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metode yang mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
3.      Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/ : Dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
4.      Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi
R/ :  Relaksasi nafas dalam membantu mengurangi nyeri dan distraksi mengalihkan perhatian
5.      Lakukan kompres/mandi air panas.
R/ : meningkatkan sirkulasi dan menurunkan kontraksi uterus sehingga iskemia tidak terjadi.
6.      Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan)
R/ : membantu mengurangi nyeri

2.      Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x24 jam, risiko kurangnya volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
• Turgor kulit baik baik.
• Mukosa bibir tidak kering.
• Kelopa mata tidak cekung.
• Klien tidak haus.
Intervensi :
1.      Kaji status hidrasi pada klien.
R/ : Mengetahui tingkat hidrasi pada klien
2.      Catat intake output cairan dan banyaknya perdarahan
R/ : Mengetahui masukan dan pengeluaran cairan
3.      Anjurkan klien untuk minum air putih secara adekuat (2,5L/hari)
R/ : Menggantikan cairan yang hilang
4.      Jelaskan pada klien penyebabnya pendarahan dan rencana tindakan keperawatan selanjutnya.
R / : Agar klien mengetahui tentang kondisinya dan tindakan yang diberikan selanjutnya.
5.      Kolaborasi pemberian cairan parenteral( jika diperlukan).
R / : menggantikan cairan yang hilang.
3.      Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan menstruasi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam citra diri klien akan meningkat.
Kriteria hasil : klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima apa yang sedang terjadi.
Intervensi:
1.      Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/ : Klien dengan mudah mengungkapkan masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya.
2.      Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentangdirinya.
R/ : Meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.
3.      Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya menyampaikan nilai dan arti klien bagi mereka.
R/ : Penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung membuat klien merasaditerima.
4.      Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok.
R/ : Memungkinkan menerima stimulus social dan intelektual yang dapat meningkatkankonsep diri klien.
5.      Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan.
R/ : Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapatmembuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.

4.      Kurang pengetahuan tentang gangguan menstruasi dan terapinya berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan: setelah diberikan penyuluhan klien akan mengetahui tentang gangguan menstruasi
Kriteria hasil: klien menyebutkan jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejalanya, serta penanganannya, menjelaskan menstruasi yang normal.
Intervensi :
1.      Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejala dan penanganannya.
R/ : Mengidentifikasi luasnya masalah klien dan perlunya intervensi. 
2.      Jelaskan mengenai siklus menstruasi yang normal, jenis gangguan menstruasi, penyebab, gejala, dan penanganannya.
R/ : Dengan memiliki pengetahuan tentang menstruasi klien dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri dan dapat mencari jalan keluar untuk masalah gangguan menstruasinya.
3.      Beri kesempatan klien untuk bertanya.
R/ : Meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang menstruasi.
4.      Berikan penjelasan tentang penyakit yang dialami.
R / : Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit yang dialami.

4.      Evaluasi
a.       Nyeri (akut/kronik) berkurang/hilang
b.      Tidak terjadi risiko kekurangan volume cairan
c.       Citra diri klien akan meningkat
d.      Pengetahuan klien akan meningkat







3 komentar:

  1. Artikel yang sang bagus dan membantu.
    jika Ada keluhan seputar penyakit kelamin, segera kunjungi kami di WWW.KESEHATANKELAMIN.COM dan klik konsultasi, Terima Kasih.

    BalasHapus
  2. maaf boleh tau referensinya?

    BalasHapus