BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Keberadaan
usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upayapemeliharaan serta peningkatan
kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia,berdaya guna dan
produktif.
keberadaan
usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta peningkatan
kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan
produktif.proses menua yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami
berbagai perasan sedih,cemas,kesepian, dan mudah tersinggung dan depresi. Jika
lansia mengaklami gangguan tersebut maka kondisi tersebut dapat menggangu kegiatan
sehari-hari lansia.mencegah dan merawat lansia dengan masalah tersebut adalah
hal yang sangat penting dlamupaya mendorong lansia bahagia sejahtera di
dalamkeluarga serta masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
pengertian lansia ?
2. Apakah
pengertian depresi dan apa penyebabnya ?
3. Bagimanakah tanda dan gejala depresi?
4. Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi depresi?
5. Bagaimana
penatalaksanaan pada pasien depresi?
6. Bagimana
asuhan keperawatan pada pasien depresi?
BAB II
KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN LANSIA
Menurut UU
no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang berumur 55
tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).
Menurut WHO
yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan umur 65 tahun
keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada pula
yang menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes
1991).
B. PENGERTIAN DEPRESI
Depresi adalah gangguan alam
perasaan (mood) yang ditandai dengan kemurungan dan kesedihan yang
mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami
gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing Ability, masih baik),
kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian (Splitting
of personality), prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas
normal (Hawari Dadang, 2001).
Selain itu depresi dapat juga
diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (afektif
mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup,
perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Depresi adalah suatu jenis keadaan
perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, susah,
merasa tidak berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau berbentuk penarikan
diri, kegelisahan atau agitasi (Afda Wahywlingsih dan Sukamto)
C. ETIOLOGI
1. Penyakit
fisik
2. Penuaan
3. Kurangnya
perhatian dari pihak keluarga
4. Gangguan
pada otak (penyakit cerebrovaskular)
5. Faktor
psikologis, berupa penyimpangan perilaku oleh karena cukup banyak lansia yang
mengalami peristiwa kehidupan yang tidak menyenangkan atau cukup berat.
6. Serotonin
dan norepinephrine
7. Zat-zat
kimia didalam otak (neurotransmitter) tidak seimbang. Neurotransmitter sendiri
adalah zat kimia yang membantu komunikasi antar sel-sel otak.
D. TANDA dan GEJALA
Tanda dan
gejala yang sering timbul dari depresi adalah penurunan energi dan konsentrasi,
gangguan tidur terutama terbangun dini hari dan sering terbangun malam hari,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan keluhan somatik. Sedangkan
menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi atas:
Ø Suasana Hati :
·
Sedih
·
Kecewa
·
Murung
·
Putus Asa
·
Rasa cemas dan tegang
·
Menangis
·
Perubahan suasana hati
·
Mudah tersinggung
Ø Fisik :
·
Merasa kondisi menurun, lelah, pegal-pegal
·
Sakit
·
Kehilangan nafsu makan
·
Kehilangan berat badan
·
Gangguan tidur
·
Tidak bisa bersantai
·
Berdebar-debar dan berkeringat
·
Agitasi
·
Konstipasi
Namun seringkali gejala-gejala fisik
tersebut disalahtafsirkan sebagai gejala akibat penyakit fisik tertentu.
E. PATOFISIOLOGI DEPRESI
Terjadinya depresi pada lansia :
Ø Faktor Psikososial
Berkurangnya interaksi sosial dan
dukungan sosial yang kurang baik dapat mengakibatkan penyesuaian diri yang
negatif pada lansia. Menurunnya kapasitas hubungan keakraban dengan keluarga,
berkurangnya interaksi dengan keluarga yang dicintai dapat menimbulkan perasaan
tidak berguna, merasa disingkirkan, tidak dibutuhkan lagi dan kondisi ini dapat
berperan dalam terjadinya depresi.
Kemampuan adaptasi (lamanya
tinggal dipanti)
Sulit bagi lansia meninggalkan rumah
lamanya yang selama ini ditempati bersama-sama orang-orang yang dicintainya.
Yang tentu saja mempunyai kenangan manis. Selain itu sikap konservatif lansia
menambah sulit untuk menyesuaikan diri pada lingkungan baru. Kondisi ini dapat
menyebabkan perasaan tertekan, kesedihan dan keputusasaan.
Ø Faktor Psikologi
Motivasi Masuk Panti
Motivasi merupakan suatu dorongan
dalam pikiran untuk bertindak. Motivasi sangat penting bagi lansia untuk
menentukan tujuan hidup dan apa yang ingin dicapainya dalam kehidupan di panti.
Adanya keinginan yang muncul dari dalam individu lansia untuk tinggal di panti
akan membuatnya bersemangat meningkatkan toleransi dan merasa berguna. Kondisi
ini akan menimbulkan efek yang baik bagi kehidupan lansia.
Rasa rendah diri atau tidak
berdaya
Seseorang yang ambisius, merasa
dikejar-kejar akan tugas dan selalu berambisi harus lebih maju, umumnya saat
memasuki lansia cendrung untuk: gelisah, mudah stres, was-was, mudah frustasi,
merasa diremehkan, mudah cemas, sulit tidur, tidak siap hidup dirumah saja, perasaan
tidak berdaya dan tidak berguna. Sebaliknya mereka yang berkepribadian tenang,
keinginan untuk maju diimbangi dengan usaha yang tidak terburu-buru berdasarkan
pada pemikiran yang tenang pada umumnya tidak menunjukkan perubahan psikologis
yang negatif.
a. Faktor Budaya
Budaya barat dengan sifat mandiri dan individual yang
sangat menonjol sering mengganggap lansia sebagai trouble maker. Karena
memandang lansia sebagai kelompok masyarakat yang kurang menyenangkan karena
sifat-sifat lansia yang menjengkelkan, kondisi fisik yang menurun sehingga
perlu bantuan dan sering menjadi beban. Untuk langkah penyelesaiannya adalah
dengan menitipkan lansia di panti. Akibatnya perubahan psikologis lansia
cendrung negatif dan cendrung memperburuk kondisi kesehatan lansia. Disamping
itu mendorong lansia merasa tidak enak dan rendah mutunya, mereka akan cendrung
kekurangan motivasi untuk mengerjakan apa yang seharusnya mampu mereka
kerjakan.
b. Faktor Biologik
Ini disebabkan karena kehilangan dan kerusakan sel-sel saraf maupun zat
neurotransmiter, resiko genetik maupun adanya penyakit misalnya: kanker,
Diabetes militus, post stroke dan lain-lain yang memudahkan terjadinya depresi.
F. PENATALAKSANAAN DEPRESI pada LANSIA
Terapi Biologik :
·
Pemberian obat antidepresan
Terdapat beberapa pilihan obat anti
depresi yaitu jenis Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs): Prozac
(fluoxetine), Zoloft (setraine), Cipram (citalopram) dan Paxil (paroxetine).
Jenis NASSA: Remeron (mirtazapine). Jenis Tricylic antidepresan: Tofranil
(imipramine) dan Norpramin (desipramine). Reversible Inhibitor Mono Amine
Oxidase (RIMA) Inhibitors: Aurorix. Stablon. (Tianeptine).
Terapi kejang listrik (ECT),
shock theraphy
Penggunaan Electroconvulsive Therapy
(ECT) dengan cara shock therapy untuk pasien yang tidak memberi respon positif
terhadap, obat antidepresan dan psikoterapi. ECT bekerja untuk menyeimbangkan
unsur kimia pada otak, dirasa. cukup aman dan efektif serta dapat diulang 3
kali seminggu sampai pasien menunjukan perbaikan. Efek samping ECT adalah
kehilangan kesadaran sementara.pada pasien namun cukup efektif untuk mengurangi
resiko bunuh diri pada pasien tertentu.
Terapi psikososial
(psikoterapi)
Terapi psikososial (psikoterapi)
bertujuan mengatasi masalah psikoedukatif, yaitu mengatasi kepribadian
maladaptif, distorsi pola berpikir, mekanisme koping yang tidak efektif,
hambatan relasi interpersonal. Terapi ini juga dilakukan untuk mengatasi
masalah sosiokultural, seperti keterbatasan dukungan dari keluarga, kendala
terkait faktor kultural, perubahan peran sosial.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Kaji ulang
riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
1.
Kaji adanya depresi.
- Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric depresion scale.
- Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan
observasi langsung terhadap :
1. Perilaku
C Bagaimana
kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari?
C Apakah klien
menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial?
C Apakah klien
sering mengluyur dan mondar - mandir?
C Apakah klien
menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?
2. Afek
C Apakah kilen
menunjukkan ansietas
C Labilitas
emosi
C Depresi atau
apatis
C Lritabilitas
C Curiga
C Tidak
berdaya
C Frustasi
3. Respon
kognitif
C Bagaimana
tingakat orientasi klien?
C Apakah klien
mengalami kehilangan ingatan tentang hal - hal yang baru saja atau yang sudah
lama terjadi?
C Sulit
mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?
C Kurang mampu
membuat penilaian?
Luangkan
waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
- Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
- ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga yang lain.
- Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
- Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
- Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran pemberi asuhan tentang dirinya sendiri.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan
alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
2. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan ansietas.
3. Gangguan
proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron
irreversible.
4. Perubahah
persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau
integrasi sensori (defisit neurologis).
5. Risiko
mencederai diri berhubungan dengan depresi.
C.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
Ø Tujuan
: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia merasa tidak stres dan
depresi.
Ø Kriteria
Hasil :
·
Klien dapat meningkatkan harga diri
·
Klien dapat menggunakan dukungan sosial
·
Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Intervensi :
1.
Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu
R : Individu
lebih percaya diri.
2.
Kaji sistem pemdukung keyakinan ( nilai, pengalaman
masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama)
R :
Meningkatkan nilai spiritual lansia
3.
Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusannya.
R :
Membangun motivasi pada lansia
4.
Diskusikan tentang obat ( nama, dosis, frekuensi, efek
samping minum obat)
R : Untuk
memberi pemahaman kepada lansia tentang obat
5.
Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara, waktu )
R : Prinsip
5 benar dapat memaksimalkan fungsi obat secara efektif
6.
Anjurkan membicarakan efek samping yang dirasakan
R : Menambah
pengetahuan lansia tentang efek samping obat.
2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas.
Ø Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien memiliki pola tidur yang
teratur.
Ø Kriteria
Hasil:
·
Klien mampu memahami factor penyebab gangguan pola
tidur.
·
Klien mampu memahami rencana khusus untuk menangani
atau mengoreksi penyebab tidur tidak adekuat.
·
Klien mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan
penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun).
·
Klien tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang
cukup.
Intervensi :
1. Jangan
menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat efek negative terhadap
tidur pada malam hari.
R : irama
sikardian (siklus tidur bangun ) yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur
siang yang singkat.
2. Evaluasi
efek obat klien yang mengganggu tidur
R : gangguan
psikis terjadi bila terdapat penggunaan kortikosteroid termasuk perubahan mood,
insomnia.
3. Tentukan
kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien
R : mengubah
pola tidur yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada malam hari terbukti
mengganggu tidur.
4. Berikan
lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur.
R :
lingkungan n yang nyaman dapat membuat klien mudah untuk tidur.
5. Buat jadwal
intervensi untuk memungkinkan waktu tidur lebih lama
R : gangguan
tidur terjadi dengan seringnya tidur dan mengganggu pemulihan sehubungan dengan
gangguan psikologis dan fisiologis, sehingga irama sikardian terganggu.
3. Gangguan
proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron
irreversible.
Ø Tujuan
: setelah
dilakukan tindakan keperawatan kunjungan klien dapat berpikir rasional.
Ø Kriteria
hasil :
·
Klien mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk
menjalani konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran
tentang diri.
·
Klien mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi
anggapan diri yang negatif. Klien mampu mengenali perubahan dalam berfikir atau
tingkah laku dan factor penyebab
·
Klien mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang
tidak diinginkan, ancaman, dan kebingungan.
Intervensi :
1. Kaji derajat
gangguan kognitif, seperti perubahan orientasi, rentang perhatian, kemampuan
berpikir.
R :
Memberikan dasar perbandinagn yang akan datang dan memengaruhi rencana
intervensi.
2. Kembangkan
lingkungan yang mendukung dan hubungan perawat-klien yang terapeutik
R :
Mengurangi kecemasan dan emosional, seperti kemarahan, meningkatkan
pengembangan evaluasi diri yang positif dan mengurangi konflik psikologis.
3. Pertahankan
lingkungan yang menyenangkan dan tenang
R :
Kebisingan merupakan sensori berlebihan yang meningkatkan gangguan neuron
4. Tatap wajah
klien ketika sedang berbicara dengan klien
R :
Menimbulkan perhatian, terutama pada klien dengan gangguan perseptual
5. Gunakan
teknik distraksi. Bicarakan tentang kejadian yang sebenarnya saat klien
mengungkapkan ide yang salah, jika tidak meningkatkan kecemasan.
R : Lamunan
membantu dalam meningkatkan orientasi. Orientasi pada realita meningkatkan
perasaan realita klien, penghargaan diri dan kemuliaan ( kebahagiaan personal )
4. Perubahah
persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau
integrasi sensori (defisit neurologis).
Ø Tujuan
: setelah
dilakukan dilakukan keperawatan kunjungan tidak terjadi penurunan lebih lanjut
pada persepsi sensori klien.
Ø Kriteria
hasil :
·
Klien mengalami penurunan halusinasi.
·
Klien mampu mengembangkan strategi psikososial untuk
mengurangi stress atau mengatur perilaku.
·
Klien mampu mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi.
Intervensi :
1. Kaji derajat
sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi klien
termasuk penurunan penglihatan atau pendengaran.
R :
Keterlibatan otak memperlihatkan masalah yang bersifat asimetris menyebabkan
klien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuh. Klien tidak dapat
mengenali rasa lapar atau haus
2. Anjurkan
memakai kacamata atau alat bantu dengar sesuai kebutuhan
R :
meningkatkan masukan sensori, membatasi atau menurunkan kesalahan interpretasi stimulasi
3. Pertahankan
hubungan orientasi realita. Memberikan petunjuk pada orientasi realita dengan
kalender, jam, atau catatan.
R :
Menurunkan kekacauan mental dan meningkatkan koping terhadap frustasi karena
salah persepsi dan disorientasi. Klien menjadi kehilangan kemampuan mengenali
keadaan sekitar
4. Ajarkan
strategi mengatasi stres
R :
Menurunkan kebutuhan akan halusinasi
5. Libatkan
dalam aktivitas sesuai indikasi dengan
keadaan tertentu, seperti satu ke satu pengunjung, kelompok sosialisasi pada
pusat demensia, terapi okupasi.
R : Memberi kesempatan terhadap
stimulasi partisipasi dengan orang lain
5. Risiko
mencederai diri berhubungan dengan depresi
Ø Tujuan
: Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam lansia tidak mencederai diri.
Ø Kriteria Hasil:
·
Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.
·
Lansia tampak lebih bahagia.
·
Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.
Intervensi :
1.
Bina hubungan saling percaya dengan lansia.
R : Hubungan
saling percaya dapat mempermudah dalam mencari data-data tentang lansia.
2.
Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin
dengan sikap empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya
memberikan sentuhan, anggukan.
R : Dengan
sikap sabar dan empati lansia akan merasa lebih diperhatikan dan berguna
3.
Pantau dengan seksama risiko bunuh diri / melukai diri
sendiri. Jauhkan atau simpan alat-alay yang dapat digunakan untuk mencederai
dirinya / oranglain.
R :
Meminimalkan terjadinya perilaku mencederai diri.
D. EVALUASI
1. Lansia
merasa tidak stres dan depresi
2. Lansia
memiliki pola tidur yang teratur
3. Lansia dapat
berpikir rasional
4. tidak
terjadi penurunan lebih lanjut pada persepsi sensori klien.
5. Lansia tidak
mencederai diri
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Lansia atau lanjut usia merupakan
kelompok umur (usia 60 tahun ke atas) pada manusia yang telah memasuki tahapan
akhir dari fase kehidupannya. Mental dapat diartikan sesuatu yang berada dalam
tubuh (fisik) manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak dan sifat manusia
di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya. Pada lansia bukan hanya
dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan
gangguan mental dalam menghadapi usia senja. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan mental pada lansia seperti perubahan fisik, kesehatan umum dan
lingkungan. Pada lansia sering muncul masalah-masalah yang berkaitan dengan
perubahan fungsi mental seperti kecemasan, depresi, insomnia, paranoid, dan
demensia.
Masalah-masalah
tersebut dapat berdampak pada kelangsungan hidup lansia sehingga penting bagi
perawat untuk menanganinya. Berdasarkan masalah diatas dapat muncul beberapa
diagnose keperawatan seperti :
1. Mencederai
diri berhubungan dengan depresi.
2. Gangguan
alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
3. Gangguan
pola tidur berhubungan dengan ansietas.
4. Gangguan
proses pikir berhubungan dengan kehilangan memori, degenerasi neuron
irreversible.
5. Perubahah
persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi
sensori (defisit neurologis).
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena walaupun dalam
keadaan terdesak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan karya tulis ini, kami mencoba
membahas tentang “Askep Lansia dengan
Masalah Psikologis”. Dalam karya tulis ini, kami juga menyediakan
pembahasan tentang tinjauan teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
psikologi.
Apa yang kami lakukan dalam karya tulis ini, masih
jauh yang diharapkan dan isinya masih terdapat kesalahan – kesalahan baik dalam
penulisan kata maupun dalam menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu,
kritikan dan saran yang sifatnya membangun, kami harapkan sehingga makalah ini
menjadi sempurna.
Palopo,
Januari 2014
Penyusun
DAFTAR
ISI
Sampul
..................................................................................................................... i
Kata
Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar
Isi................................................................................................................. iii
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar
Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................... 1
BAB
II KONSEP MEDIS...................................................................................... 2
A. Defenis
Lansia ......................................................................................... 2
B. Defenisi
Depresi....................................................................................... 2
C. Etiologi
.................................................................................................... 2
D. Tanda
dan Gejala ..................................................................................... 3
E. Patofisiologi
............................................................................................. 4
F. Penatalaksanaan ...................................................................................... 5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN................................................................. 6
A.
Pengkajian................................................................................................ 6
B.
Diagnosa Keperawatan ............................................................................ 7
C.
Intervensi Keperawatan............................................................................ 7
D.
Evaluasi.................................................................................................. 11
BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 12
A.
Kesimpulan ............................................................................................ 12
Daftar Pustaka....................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA
http://askepophy.blogspot.com/2012/12/askep-jiwa-pada-lansia.html
http://pinkersaya.wordpress.com/2012/11/24/askep-lansia-dengan-gangguan-psikologis-depresi/
TUGAS
KELOMPOK II
( MASALAH PSIKOLOGI)
OLEH :
1. ELVY HADAMING 6. JUMRIANI
2. NINIS AJENG PRATIWI 7. KIKI UTARI
3. MARWAH SARIATY 8. SARIANA
4. ABD. RAHMAN 9. WAHYUNI
5. HASBI 10. CICI
PRATIWI
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
T.A 2013 / 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar